Hakikat tauhid adalah penyerahan diri, taat, menerima dan mengagungkan Allah Azza wa Jalla. Sedangkan bersenda gurau dan mengolok-olok Allah, Al Qur`an dan RasulNya merupakan penentangan, karena tidak menunujukkan pengagungan.
Tauhid berarti kesepakatan, sedangkan mengolok-olok bermakna sebaliknya. Oleh karena itu, sebagian ahli ilmu berkata, bahwa orang kafir terbagi menjadi dua.
Pertama: Mu’ridhun (yang berpaling), sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَمِ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً ۖ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ ۖ هَٰذَا ذِكْرُ مَن مَّعِيَ وَذِكْرُ مَن قَبْلِي ۗ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ ۖ فَهُم مُّعْرِضُونَ
Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling. [Al Anbiya` : 24].
Kedua: Mu’aaridhun (yang menentang atau membantah). Yaitu mereka yang selalu melakukan penentangan dengan berbagai cara untuk memadamkan cahaya Allah. Salah satu bentuk penentangan itu ialah dengan mengolok-olok atau hal-hal serupa lainnya. Mengolok-olok Allah, Rasul atau Al Qur`an, tidak mungkin keluar dari hati orang yang bertauhid, tetapi keluar menjadi kebiasaan orang-orang munafik atau orang kafir musyrik.
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun IX/1426H/2005M Oleh Ustadz Chomsaha Sofwan