Seringkali, para pendosa berdalih yakin kepada rahmah Allah, padahal ada perbedaan yang sangat kentara antara husnuzhan dengan angan-angan palsu yang panjang alias thulul amal.
Ibnul Qayyim berkata,
وقد تبين الفرق بين حسن الظن والغرور ، وأن حسن الظن إن حمَل على العمل وحث عليه وساعده وساق إليه : فهو صحيح ، وإن دعا إلى البطالة والانهماك في المعاصي : فهو غرور ، وحسن الظن هو الرجاء ، فمن كان رجاؤه جاذباً له على الطاعة زاجراً له عن المعصية : فهو رجاء صحيح ، ومن كانت بطالته رجاء ورجاؤه بطالة وتفريطاً : فهو المغرور
“Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzan dengan ghurur (tipuan). Adapun Husnuzan, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padanya: maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat: maka ia ghurur (tipuan). Husnuzan adalah raja’ (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat: maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan siapa yang kemalasannya adalah raja’ dan meremehkan perintah: maka ia tertipu.” (Al-Jawab al-Kaafi: 24)
Jadi tidak ada alasan lagi bagi para pecinta maksiat untuk tidak segera berhenti dari angan-angan hampa. Apalagi Allah tidak pernah memerintahkan maksiat.